Selasa, 05 April 2011

makalah perencanaan bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Perencanaan bahasa sangat penting sebagai usaha bukan saja untuk melestarikan pengarahan bahasa, tetapi juga untuk menghilangkan konflik-konflik bahasa Konflik bahasa dapat mengakibatkan konflik fisik yang pada gilirannya menganggu stabilitas ketahanan nasional suatu bangsa. Kita melihat, bahwa bahasa berwujud dalam pemakian baik secara lisan maupun tertulis yang dihasilkan oleh setiap penutur bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bahasa menyangkut kepentingan semua penutur bahasa, maka sepantasnya kalau persoalan bahasa memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan bahasa memuat kebijaksanaan, pengarahan, dan dampak perencanaan itu sendiri.

Berdasarkan keterangan di atas, kami sengaja membahas masalah tentang perencanaan bahasa dan seluk beluknya. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan bahasa, apa saja sasaran, aspek-aspek, jenis masalah, hambatan, serta evaluasi perencanaan bahasa yang telah saya buat dalam bentuk sebuah makalah sederhana.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka permasalahan mendasar yang hendak ditelaah oleh makalah ini adalah :

1. Apa materi perencanaan bahasa itu ?

2. Siapa yang terlibat dalam perencanaan bahasa ?

3. Apa sasaran dari perencanan bahasa ?

4. Apa sajakah aspek-aspek dalam perencanaan bahasa ?

5. Apa sajakah jenis-jenis masalah dalam perencanaan bahasa ?

6. Apa sajakah hambatan-hambatan dalam perencanaan bahasa ?

7. Bagaimana evaluasi perencanaan bahasa ?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk :

1. Menjelaskan materi perencanaan bahasa.

2. Menjelaskan pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan bahasa..

3. Mengidentifikasi sasaran perencanaan bahasa.

4. Mengidentifikasi aspek-aspek perencanaan bahasa.

5. Mengidentifikasi jenis masalah perencanaan bahasa.

6. Mengidentifikasi hambatan-hambatan perencanaan bahasa.

7. Menjelaskan evaluasi perencanaan bahasa.

Manfaat penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa STKIP-PGRI LLG tentang masalah perencanaan bahasa..

BAB I

PENDAHULUAN

1. Materi Perencanaan Bahasa

Negara-negara yang multilingual, multikultural, dan multirasial menurut Chaer dan Agustina ( 1955 ) untuk menjamin kelangsungan komunikasi kebangsaan perlu dilakukan suatu perencanaan bahasa ( language planning ) yang harus dimulai dengan kebijaksanaan bahasa ( language policy ). Misalnya, seperti Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, dan India merupakan negara yang multilingual, multirasial, dan multikultural yang memerlukan adanya kebijakan bahasa agar pemilihan atau penentuan bahasa tertentu sebagai alat komunikasi tidak menimbulkan gejolak politik yang dikhawatirkan dapat menggoyahkan kehidupan bangsa di negara tersebut.

Berikut ini adalah pengertian perencanaan bahasa menurut para ahli.

1. Menurut Nababan ( 1984 : 56 ) perencanaan bahasa adalah penggarapan bentuk-bentuk bahasa dalam masyarakat.

2. Menurut Jernudd dan Das Gupta dalam Nababan ( 1984 ) perencanaan bahasa adalah kegiatan politis dan administratif untuk menyelesaikan persoalan bahasa dalam masyarakat.

3. Menurut Alwasilah ( 1997 ) perencanaan bahasa adalah sebagai upaya yang disengaja untuk memfungsikan (ragam ) bahasa ( lokal, nasional, regional, global ) untuk memenuhi tujuan politik.

4. Menurut Weinstein dalam Wardhaugh ( 1992 : 346 ) perencanaan bahasa adalah suatu perintah untuk memberikan kuasa, menyokong dengan penuh untuk menentukan fungsi-fungsi bahasa dalam masyarakat dengan tujuan menyelesaikan berbagai persoalan dalam komunikasi.

5. Menurut Haugen dalam Sumarsono ( 2002 ) perencanaan bahasa adalah usaha untuk membimbing perkembangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh perencana.

6. Menurut Crystal ( 1994 ) perencanaan bahasa adalah kreasi dan implementasi dari kebijakan sebuah pemerintahan tentang bagaimana bahasa-bahasa itu dan variasi dari bahasa digunakan dalam sebuah bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa berbagai istilah dengan berbagai variasi pengertian tentang perencanaan bahasa; namun, ada satu kesamaan, yaitu sama-sama berusaha untuk membuat penggunaan bahasa atau bahasa-bahasa dalam satu negara di masa depan menjadi lebih baik dan terarah.

Kemudian yang menjadi pertanyaan sekarang adalah “ Mengapa bahasa perlu perencanaan ? Menurut labov : 1972 : 183 ) bahasa adalah bentuk tingkah laku sosial. Bahasa dipergunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, dalam komunikasi ini terjadi perbenturan sehingga muncul konflik-konflik, sekalipun konflik itu bukan bahasa. Kiranya telah kita maklumi bahasalah yang mempertajam konflik itu. Kita sering menyaksikan dengan sebuah kata saja dapat terjadi konflik fisik. Jadi bahasa itu direncanakan karena ingin memperkecil konflik bahasa itu. Kalau perencanaannya tidak matang, pasti malapetaka yang muncul.

Dengan demikian, bidang kebahasaan yang perlu direncanakan adalah :

a. Pemantapan bahasa sesuai dengan fungsinya. Misalnya suatu bahasa hanya berfungsi sebagai alat komunikasi di lingkungan keluarga. Dengan demikian, bahasa tersebut tak perlu diajarkan di sekolah. Akibatnya tak perlu perencanaan yang dihubungkan dengan pendidikan kebahasaan yang melewati pendidikan formal.

b. Bahasa sebagai lingua franca.

c. Penerimaan penutur bahasa untuk ikut membantu kebijaksanaan pemerintah dalam kebahasaan.

d. Pendidikan dan pengajaran kebahasaan di dalam dan di luar lembaga-lembaga pendidikan.

e. Ketenagaan yang akan menangani masalah-masalah kebahasaan.

f. Penggalian sumber dana.

g. Kerja sama dengan lembaga atau perseorangan yang tidak menangani langsung bidang kebahasaan.

2. Pihak yang terlibat dalam perencanaan bahasa

Saat ini pihak yang terlibat dalam perencanaan bahasa di Indonesia adalah Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berdiri sejak 01 April 1975. Kemudian namanya berubah pada tahun 2000 menjadi Pusat Bahasa yang tugasnya sebagai pelaksana kebijakan di bidang penelitian dan pengembangan bahasa. Lembaga ini di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang juga dibantu oleh departemen lain. Namun, walaupun ada lembaga formal yang menangani perencanaan bahasa, sesungguhnya menurut Pateda ( 1987 : 95 ), perencanaan bahasa menjadi tanggung jawab 4 komponen, yaitu :

1. Para ahli bahasa

2. Pemerintah

3. Guru Bahasa

4. Masyarakat penutur bahasa yang bersangkutan

3. Sasaran perencanaan bahasa

Dari berbagai kajian dapat kita lihat sasaran perencanaan bahasa ( yang dilakukan setelah menetapkan kestatusan bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan ), yaitu :

1. Pembinaan dan pengembangan bahasa yang direncanakan ( sebagai bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, dan sebagainya ), dan

2. Khalayak di dalam masyarakat yang diharapkan akan menerima dan menggunakan saran yang diusulkan dan ditetapkan.

Jika sasarannya adalah bahasa atau korpus bahasa yang akan dibina dan dikembangkan, maka sasaran itu dapat menjadi bermacam-macam, antara lain : pengembangan sandi bahasa di bidang peristilahan, dibidang pemekaran ragam wacana, dan sebagainya. Selain itu, dapat juga direncanakan pembinaan pemakaian bahasa dibidang pengajaran dan penyuluhan, dapat juga direncanakan untuk “ membangkitkan “ kembali bahasa lama ( yang tidak digunakan lagi ) untuk digunakan kembali, seperti yang dilakukan oleh negara Irlandia dan Israel.

Dan jika sasaran perencanaan itu adalah khalayak di dalam masyarakat, maka perencanaan itu, antara lain dapat diarahkan kepada golongan penutur asli atau yang bukan penutur asli, kepada yang masih bersekolah, kepada kaum guru pada semua jenjang pendidikan, kepada khalayak dalam kelompok di bidang komunikasi media massa ( majalah, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya ), juga kepada kelompok-kelompok sosial lain yang ada di dalam masyarakat.

4. Aspek-aspek perencanaan

Menurut pengamatan Ferguson ( 1968 ) dalam hal perencanaan bahasa, aspek-aspek yang akan dilaksanakan sebagai tujuan perencanaan adalah :

1. Pembakuan ( standarisasi )

2. Modernisasi ( intelektualisasi )

3. Grafisasi ( tulisan dan ejaan )

Bahasa-bahasa baru yang diserahi fungsi-fungsi kemasyarakatan yang baru akan memerlukan penggarapan-penggarapan tertentu agar bahasa itu dapat memenuhi fungsi kemasyarakatan yang diharapkan oleh bahasa itu ( Nababan,1985:59-60 ). Tentunya salah satu yang diperlukan ialah pembakuan (standarisasi ), tujuannya agar ada kesamaan penggunaan oleh semua pemakai bahasa tersebut, yang diawali oleh pembakuan ejaan, yakni cara penulisan kata-kata dan kalimat-kalimat dari bahasa itu supaya ada pengertian yang cukup tinggi dari pemakainya. Langkah berikutnya adalah penyebarannya, maksudnya mengumumkan dan membuat orang untuk memakai dan mempelajarinya. Hal ini bisa dilakukan secara formal melalui sekolah-sekolah dan buku-buku serta secara informal melalui media massa, seperti koran, majalah, dan sebagainya ( Jeppersen, 1964; Nababan, 1985 ). Setelah diawali pembakuan ejaan, pembakuan berikutnya adalah pembakuan istilah. Kemudian pembakuan berikutnya adalah tata bahasa.

5. Jenis masalah perencanaan bahasa

Adapun jenis-jenis masalah atau kendala yang sering timbul dalam perencanaan bahasa antara lain :

1. Dari segi bahasa

Terlihat bahwa pembakuan ejaan, kosa kata dan istilah serta tata bahasa yang selama ini agaknya masih mengandung kelemahan sebagai bahasa baku, terutama masalah relevansinya dengan kebutuhan warga masyarakat Indonesia dan kebutuhan pembangunan.

2. Dari segi warga pemakai bahasa Indonesia

Sikap sebagian warga rakyat Indonesia yang bangga menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, tetapi kurang bangga menggunakan bahasa Indonesia merupakan kelemahan dalam pengimplementasian hasil-hasil pembakuan bahasa Indonesia selama ini.

3. Dari segi pelaksana

Status dan wibawa Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa hingga sekarang masih mengandung berbagai kelemahan sebagai pusat nasional pembinaan dan pengembangan bahasa di Indonesia pada umumnya dan pembakuan bahasa Indonesia pada khususnya, terutama dalam masalah pemerataan kegiatan dan hasil kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa serta dalam hal pengolahan tenaga dan sumber daya lain.

4. Dari segi proses perencanaan bahasa

Proses perencanaan pembakuan bahasa Indonesia agaknya masih mengandung kelemahan dlam hal pengawasan, penilaian, dan pengukuhan.

6. Hambatan-hambatan perencanaan bahasa

Suatu rencana pasti akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan boleh saja terjadi ketika perencanaan sedang disusun, bahkan ketika suatu rencana sedang dilaksanakan. Hambatan-hambatan itu meliputi :

a. Pemegang tampuk kebijakan

b. Sikap penutur bahasa

c. Dana

d. Ketenagaan

Kadang rencana yang telah disusun mendapat hambatan dari pemegang tampuk kebijakan pada masalah yang berbeda. Maksudnya, pemegang tampuk kebijakan yang bukan berurusan dengan persoalan kebahasaan. Misalnya di Indonesia, lembaga yang diserahi tugas untuk menentukan garis kebijakan kebahsaan adalah departemen pendidikan dan kebudayaan, dalam hal ini pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.

Sikap penutur bahasa sangat menentukan kebijakan bahasa. Sebab, apapun yang ditetapkan oleh para ahli, apapun yang ditentukan oleh departemen, penutur bahasalah yang akhirnya menentukan. Penutur bahasalah yang mempergunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, sikap penutur bahasa harus diubah dari sikap negatif ke sikap positif. Sikap negatif misalnya tercermin dari sikap tidak mau tahu tentang garis kebijakan yang sedang dijalankan. Sikap negatif tercermin pula dari ucapan bahwa persoalan kebahasaan hanya tanggung jawab pemerintah dan ahli bahasa. Sikap-sikap sepertini sangat menghambat perencanaan dan kebijakan bahasa.

Suatu rencana juga memerlukan dana dan fasilitas. Tanpa dana tak terlalu banyak yang dapat dibuat. Namun, perlu diingatkan tanpa dana pun masih ada yang dapat dibuat. Dana boleh saja berasal dari pemerintah, tetapi boleh juga dari perseorangan, yayasan, dan sebagainya. Hanya yang perlu dipersoalkan ialah pemanfaatan dana yang disediakan.

Akhirnya kesulitan yang didapati dalam pelaksanaan perencanaan bahasa ialah faktor ketenagaan. Tenaga yang terlatih menangani soal-soal kebahasaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas sangat kurang mengingat bahasa yang ditangani terlalu banyak. Penanganan ketenagaan menyangkut pula keamanan dan kesejahteraan tenaga-tenaga tersebut agar dapat melaksanakan tugas pengabdiannya dengan baik. Banyak tenaga yang mempunyai profesi dalam kebahasaan, tetapi tidak tertarik dalam persoalan kebahasaan karena keamanan dan kesejahteraan mereka tidak terjamin. Untuk itu masalah ketenagaan kebahasaan harus dikaitkan dengan persoalan keamanan dan kesejahteraan mereka.

7. Evaluasi perencanaan bahasa

Dalam tulisan yang berjudul “ Evaluation and language Planning “ ( dalam fishman.(ed.), 1972:476-510 ), Joan Rubin menyatakan bahwa perencanaan bahasa merupakan suatu kegiatan yang berlangsung secara berkesinambungan sebab bahasa yang dijadikan objeknya selalu berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dan kemajuan masyarakat pemakainya. Oleh karena itu, program perencanaan bahasa juga senantiasa berubah, baik dalam hal penentuan sasaran maupun alternatif strategi implementasinya. Sehubungan dengan hal ini, Rubin menyarankan agar penilaian terhadap program perencanaan bahasa dilihat sebagai proses yang berkesinambungan.

Selanjutnya, Rubin mengajukan pendapat mengenai tehnik penilaian yang dibagi atas beberapa tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data. Dalam hal ini, penilai dapat membantu pihak perencana mengidentifikasi bila ada masalah yang dihadapi. Tahap kedua aadalah perencanaan. Dalam hal ini, penilai dapat membantu penyusunan atau perumusan sasaran, strategi, dan hasil yang harus dicapai. Di samping itu, pihak penilai dapat ikut merumuskan kriteria yang dapat membandingkan pengaruh serta akibat dari berbagai sasaran dan strategi yang dipilih. Kriteria ini pulalah yang nantinya akan berguna untuk menentukan urutan prioritas sasaran dan strategi yang dapat dipilih. Tahap ketiga adalah implementasi. Dalam tahap ini, data pemonitoran dikumpulkan untuk membandingkan hasil akhir yang nyata dengan hasil akhir yang diramalkan sebelumnya. Tahap keempat adalah pengolahan dan balikan. Dalam tahap ini, seorang penilai dapat membantu perencanaan bahasa dalam perumusan tolak ukur untuk menilai berhasil tidaknya usaha itu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah kita lihat bahwa perencanaan bahasa tidaklah selalu terencana sebagaimana orang merencanakan suatu usaha. Namun ada usaha-usaha perorangan atau kelompok manusia yang secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi bentuk serta fungsi suatu bahasa. Saat ini pihak yang terlibat dalam perencanaan bahasa di Indonesia adalah Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berdiri sejak 01 April 1975. Kemudian namanya berubah pada tahun 2000 menjadi Pusat Bahasa yang tugasnya sebagai pelaksana kebijakan di bidang penelitian dan pengembangan bahasa. sasaran perencanaan bahasa yaitu Pembinaan dan pengembangan bahasa yang direncanakan ( sebagai bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, dan sebagainya ), dan Khalayak di dalam masyarakat yang diharapkan akan menerima dan menggunakan saran yang diusulkan dan ditetapkan. aspek-aspek yang akan dilaksanakan sebagai tujuan perencanaan adalah Pembakuan ( standarisasi ), Modernisasi ( intelektualisasi ), Grafisasi ( tulisan dan ejaan. Adapun jenis-jenis masalah atau kendala yang sering timbul dalam perencanaan bahasa antara lain Dari segi bahasa, Dari segi warga pemakai bahasa Indonesia, Dari segi pelaksana, Dari segi proses perencanaan bahasa. Suatu rencana pasti akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan boleh saja terjadi ketika perencanaan sedang disusun, bahkan ketika suatu rencana sedang dilaksanakan. Hambatan-hambatan itu meliputi Pemegang tampuk kebijakan, Sikap penutur bahasa, Dana, dan Ketenagaan.

ANALISIS UNSUR FISIK DAN BATIN PUISI “ KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI “

Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Brjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur.

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran :

“ Duli Tuanku “ ?

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata kuyu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa.

Tidak ada lagi pilihan lai. Kita harus

Berjalan terus.

Taufik Ismail, Tirani, 1966

Penciptaan puisi menggunakan prinsip pemadatan yang mengungkapkan bentuk dan makna. Puisi terdiri dari atas dua unsur pokok yakni struktur fisik dan batin. Kedua unsure itu terdiri atas unsure-unsur yang saling mengikat sehingga membentuk totalitas makna yang utuh. Dalam penafsiran sebuah puisi, tak lepas dari kedua unsure tersebut. Untuk itu pada kajian ini dilakukan analisis terhadap struktur fisik dan struktur batin puisi berjudul “ Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini “ karya Taufik Ismail dari buku kumpulan Tirani dan Benteng. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa puisi ini bernuansa perjuangan bangsa Indonesia atau kata lainnya patriotisme. Tema ini diangkat karena puisi ini sangat memberikan gambaran tentang ikhtiar bangsa kita yang ingin maju, bangkit dan memperjuangkan harga diri dan citranya. Tema ini disuguhkan oleh pengarang yang notabene adalah orang Indonesia, karena melihat realitas bangsa kita yang carut marut. Kondisi bangsa kita yang buruk indikasinya dapat dilihat melalui degradasi moral. Banyak punggawa bangsa kita yang kurang jujur, selalu terlibat korupsi. Beberapa para penegak hokum pun yang dianggap sebagai pahlawan rakyat ternyata tidak jauh berbeda dengan para mafia. Segala macam pesan berbau politik dan berbagai hubungan-hubungan kerja sama yang dapat merugikan bangsa kita di akhir kemudian selalu di tempuh. Perputaran roda ekonomi melalui mega proyek sangat didominasi oleh para investor asing. Mereka bebas mengeruk harta kekayaan sumber daya alam yang tersedia. Melalui kepiawaian dalam memilih bahasa, diketahui makna puisi ini mampu membangkitkan semangat rakyat Indonesia yang telah merdeka untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Taufik Ismail berhasil menyuguhkan tema perjuangan, nada yang bersifat menyulut atau mendorong, serta dan membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk terus maju dan tidak mau lagi dibohongi oleh kaum penjajah baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Puisi ini sangat menarik untuk dianalisis.

Alasan dipilihnya puisi tersebut, karena puisi ini masih dianggap mampu mempresentasikan situasi bangsa Indonesia saat ini. Dengan pernyataan lain, pemerolehan makna melalui kajian struktur fisik dan batin puisi tersebut diharapkan bisa memberi semangat dan pencerahan kepada masyarakat yang masih cinta dan peduli terhadap negerinya. Pilihan kata yang dituangkan oleh penyair puisi ini sangat mendukung isi dan tema perjuangan harga diri bangsa. Kata / Kita / yang dominan muncul dalam puisi memberikan makna orang banyak. Makna secara mendalam, kata / Kita / bermakna seluruh rakyat Indonesia yang oleh pengarang secara tidak langsung diajak untuk bangkit dan berjuang melawan segala bentuk penjajahan dan intervensi oleh para penjajah baik secara internal dan external. Lalu / Para pembunuh / dapat dimaknai sebagai para penjajah. Para penjajah dalam puisi ini dimaksudkan sebagai orang-orang yang suka turut campur dalam kepemerintahan bangsa kita. Model dan bentuk penjajahan mereka revisi dalam bentuk gaya baru. Bisa jadi penjajahan gaya baru tersebut terimplementasi dalam bentuk kepemilikan saham-saham, penguasaan dan pengerukan kekayaan alam kita secara tidak terbatas, pemberian bantuan dan modal yang kemudian menjadi beban dan hutang sepanjang hayat, korupsi yang dilakukan oleh orang-orang pribumi sendiri, bahkan penjajahan yang merembes dalam masalah akidah dan moral.

Selanjutnya, kata / Duli tuanku / memberikan makna bahwa bangsa kita adalah bangsa yang selalu berprinsip yes bos, atau yang penting bapak senang. Artinya kondisi bangsa atau rakyat kita selalu siap bekerja menjalankan tugas untuk kepentingan dan kesenangan sang bos, dan menguntungkan si pelaksana tugas, tak peduli orang lain berada dalam penderitaan. Penyakit seperti ini oleh pengarang disodorkan kepada kita untuk dijadikan sebagai bahan permenungan, yang kemudian tercermin melalui beberapa pilihan katanya dalam baris puisi / apakah akan kita jual keyakinan kita / dan / dalam pengabdian tanpa harga ? /. Sedangkan kata-kata; / banjir / gunung api /, / kutuk dan hama / merupakan pilihan kata yang menggambarkan kesusahan dan penderitaan rakyat Indonesia, yang mau tidak mau, suka maupun tidak suka kita harus keluar dari kondisi seperti itu. Oleh karenanya, penyair, penyair memilih kata-katanya sebagai berikut ; / tidak ada lagi pilihan. Kita harus / berjalan terus / karena berhenti atau mundur / berarti hancur /. Taufik Ismail sangat ahli sekali dalam memilih kata-kata. Beliau sangat hati-hati sekali dalam mengolah dan mengemas kata-kata tersebut sehingga tidak heran kalau pilihan kata-kata yang Beliau ambilpun didalamnya mengandung suatu imaji atau citraan yang tersirat didalamnya. Kalimat / kita adalah manusia bermata ayu, di pinggir jalan / mengandung imaji penglihatan, karena orang yang bermata sayu dan berdiri di pinggir jalan tentunya dapat kita lihat atau dapat diamati. Citraan ini mengandung makna bahwa orang yang bermata sayu seakan-akan kelihatan seperti sehabis bangun tidur, kelihatan ngantuk dan malas, matanya kurang bercahaya. Apalagi berdiri di pinggir jalan. Citraan ini menggambarkan kondisi masyarakat yang yang hanya mampu berusaha melihat dan menerawang masa depan yang nampak suram dan samara.

Kalimat / mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh / menimbulkan imaji penglihatan, karena kondisi orang yang mengacungkan tangan atau melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah bus atau oplet tentunya dapat dilihat dan bukan didengar. Pada dasarnya orang yang mengacungkan tangan untuk sebuah bus atau oplet yang sudah penuh tentunya bus atau oplet tersebut tidak akan mau berhenti untuk mengangkut penumpang dan pasti bus atau oplet itu berlalu dan meninggalkan penumpang tersebut. Citraan ini memperkuat kondisi bangsa kita atau rakyat kita yang tidak mempunyai kesempatan untuk melaju bahkan hanya tertinggal dan terbelakang dalam segala hal. Ketertinggalan dan keterbelakangan itu terutama di bidang pendidkan dan bidang teknologi bahkan ekonomi. Sedangkan kata-kata seperti / meja / sangat memperkongkret makna sebuah kerja sama atau pelaksanaaan-pelaksanaan perundingan untuk menempuh suatu tujuan. Kata / berjalan / merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan dengan cara bergerak meninggalkan satu tempat ke tempat yang lain. Kata ini memperkongkret makna bahwa kita harus melakukan perubahan atau hijrah dari situasi terpuruk untuk bangkit menuju ke arah kemajuan dan kemandirian bangsa.

Secara sadar dan sengaja penulis menyulap kata-kata yang biasa menjadi kata-kata yang indah dan sarat dengan variasi makna. Karena Taufik Ismail tidak mengungkapkan makna itu secara gamblang. Dengan keahliannya dalam mengolah gaya bahasa beliau sengaja menyembunyikan makna di dalam suatu kata atau kalimat supaya pembacanya mengartikan sendiri apa maksud dari kata-kata tersebut. Nampaknya itulah yang dikehendaki oleh penyair, sehingga kita harus membacanya dengan penuh kosentrasi dan tingkat penalaran yang tinggi agar tahu apa maksud kata tersebut. . Baris puisi berikut misalnya / dipulul banjir, gunung api kutuk dan hama / gaya bahasa personifikasi ini digunakan oleh pengarang dengan maksud lebih menerangkan kondisi bangsa kita, seolah-olah bencana alam bertindak sebagai manusia raksasa yang kapan saja bisa dating memukul dan menghancurkan kehidupan rakyat Indonesia. Selain itu terdapat pula gaya bahasa hiperbola yang nampak pada kalimat / apakah akan kita jual keyakinan kita /. Menjual keyakinan merupakan sesuatu tindakan yang berlebihan dan tidak masuk akal, karena sesungguhnya keyakinan itu berwujud materi yang dapat diperjualbelikan. Akan tetapi kalimat dalam puisi ini hanya lebih memperjelas makna untuk membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Indonesia guna mempertahankan semua harta dan kekayaan alam. Selain itu, gaya bahasa tersebut lebih menekankan agar seluruh rakyat harus memegang teguh prinsip dan ideology bangsa Indonesia yang hamper pupus ditelan arus globalisasi dan tergilas oleh perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa lain yang dianggap sebagai penjajah itu.

Kemudian, kita lihat bunyi akhir pada kata-kata di beberapa baris pertama dan penutup. / Tidak ada lagi pilihan lain, kita harus / Berjalan terus karena berhenti atau mundur / Berarti hancur. Pada baris pertama dan kedua ada persamaan bunyi kata pada akhir kalimat yaitu bunyi us, dan pada baris ketiga dan keempat ada persamaan bunyi kata yaitu ur. Bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh konsonan tersebut mampu menciptakan musikalitas yang indah saat dibaca. Pada kalimat berikut ini “ Duli Tuanku “ ? tanda petik menandakan bahwa bacaan tersebut dibaca agak keras dan tinggi. Contoh pengulangan bunyi terdapat pada kalimat Tidak ada pilihan lain, kita harus / Berjalan terus. Frase tersebut terdapat pengulangan bunyi pada baris berikutnya yaitu pada baris ke-7, ke-8, ke-16, dan ke-17. Frase tersebut sengaja diulang oleh Taufik Ismail guna mengikat beberapa baris berikutnya seakan-akan membentuk suatu gelombang yang teratur.

Puisi ini mampu membangkitkan rasa nasionalisme bangsa yang tinggi. / kita adalah pemilik sah republic ini / kalimat ini memberikan makna sebuah pengakuan rasa juang yang tinggi dan cinta yang sangat tulus terhadap bangsa indonesia. Perasaan ini muncul akibat puisi ini pun menyodorkan makna yang mampu mendongkrak semangat pembaca. Kekuatan kata-kata yang terdapat pada baris, kalimat, dan setiap bait mampu membangkitkan luapan emosi kepedulian atau keprihatinan pembaca dalam hal ini rakyat Indonesia secara utuh untuk segera melakukan perjuangan. Rasa ingin bangkit dan berjuang ini dapat dicerna melalui baris puisi / tiada ada lagi pilihan / kita harus berjalan terus /. Frase / berjalan terus / dapat dimaknai sebagai sebuah perjuangan. Makna perjuangan di sini merupakan upaya sadar untuk melakukan suatu perubahan untuk mandiri dan merdeka secara hakiki.

Ketika kita membaca puisi tersebut, suasana hati pembaca akan ikut sedih dan geram terhadap kondisi bangsa Indonesia yang dilukiskan oleh taufik ismail. Hal itu terjadi karena nada penyair melalui puisi bersifat mendorong atau membangkitkan hait nurani rakyat Indonesia. Pengarang bermaksud menyulut pembaca melalui setiap kata yang terurai pada setiap baris dan bait puisi. Misalnya, / akan maukah kita duduk meja dengan para pembunuh tahun yang lalu /, sebuah kalimat pertanyaan yang yang cukup indah dan menggelorakan dan menggetarkan jiwa untuk menolak dan benci terhadap berbagai bentuk penjajahan. Lalu / dalam setiap kalimat yang, berakiran ‘ duli tuanku ‘ ? kalimat ini pun mampu membangkitkan semangat untuk tidak mau lagi diperbudak, dikendalikan atau dijadikan alat oleh penjajah untuk mencapai kepentingan dan kesenangan mereka. Kita ingin bebas dan merdeka secara utuh. Apalagi bangsa kita sudah sangat sudah dan menderita akibat berbagai bencana alam yang terjadi. Hal ini dapat dimaknai pula melalui penggalan sajak berikut ini; / kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara / dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama / dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka /.

Sebagai puisi perjuangan atau patriotisme, maka puisi ini memilik pesan yang mendalam. Pesan atau amanat tersebut sangat erat kaitannya terhadap rakyat Indonesia yang merasa memiliki republic ini secara sah. Oleh sebab itu, amanat puisi ini adalah sebaiknya kita mampu mempertahankan kemerdekaan ini dan terus berjuang melakukan perubahan kea rah perbaikan nasib dan citra bangsa untuk menjadi mandiri, cerdas, bermoral, sejahtera dan amanah.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa puisi ‘ kita adalah pemilik sah republic ini ‘ karya taufik ismail ini merupakan puisi yang merefleksikan sejarah Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari bahasa yang digunakan dalam puisinya. Dengan bahasa yang begitu menggugah dan menggelora, dapat dinyatakan bahwa makna puisi tersebut sangat mendorong dan bersifat mendobrak keterkungkungan rakyat Indonesia dari bentuk penjajahan baik yang dating dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo,J.Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

Sayuti,A.Sumianto. 2005. Taufik Ismail : Karya dan Dunianya. Jakarta: PT Grasindo.