Selasa, 05 April 2011

ANALISIS UNSUR FISIK DAN BATIN PUISI “ KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI “

Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Brjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur.

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran :

“ Duli Tuanku “ ?

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata kuyu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa.

Tidak ada lagi pilihan lai. Kita harus

Berjalan terus.

Taufik Ismail, Tirani, 1966

Penciptaan puisi menggunakan prinsip pemadatan yang mengungkapkan bentuk dan makna. Puisi terdiri dari atas dua unsur pokok yakni struktur fisik dan batin. Kedua unsure itu terdiri atas unsure-unsur yang saling mengikat sehingga membentuk totalitas makna yang utuh. Dalam penafsiran sebuah puisi, tak lepas dari kedua unsure tersebut. Untuk itu pada kajian ini dilakukan analisis terhadap struktur fisik dan struktur batin puisi berjudul “ Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini “ karya Taufik Ismail dari buku kumpulan Tirani dan Benteng. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa puisi ini bernuansa perjuangan bangsa Indonesia atau kata lainnya patriotisme. Tema ini diangkat karena puisi ini sangat memberikan gambaran tentang ikhtiar bangsa kita yang ingin maju, bangkit dan memperjuangkan harga diri dan citranya. Tema ini disuguhkan oleh pengarang yang notabene adalah orang Indonesia, karena melihat realitas bangsa kita yang carut marut. Kondisi bangsa kita yang buruk indikasinya dapat dilihat melalui degradasi moral. Banyak punggawa bangsa kita yang kurang jujur, selalu terlibat korupsi. Beberapa para penegak hokum pun yang dianggap sebagai pahlawan rakyat ternyata tidak jauh berbeda dengan para mafia. Segala macam pesan berbau politik dan berbagai hubungan-hubungan kerja sama yang dapat merugikan bangsa kita di akhir kemudian selalu di tempuh. Perputaran roda ekonomi melalui mega proyek sangat didominasi oleh para investor asing. Mereka bebas mengeruk harta kekayaan sumber daya alam yang tersedia. Melalui kepiawaian dalam memilih bahasa, diketahui makna puisi ini mampu membangkitkan semangat rakyat Indonesia yang telah merdeka untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Taufik Ismail berhasil menyuguhkan tema perjuangan, nada yang bersifat menyulut atau mendorong, serta dan membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk terus maju dan tidak mau lagi dibohongi oleh kaum penjajah baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Puisi ini sangat menarik untuk dianalisis.

Alasan dipilihnya puisi tersebut, karena puisi ini masih dianggap mampu mempresentasikan situasi bangsa Indonesia saat ini. Dengan pernyataan lain, pemerolehan makna melalui kajian struktur fisik dan batin puisi tersebut diharapkan bisa memberi semangat dan pencerahan kepada masyarakat yang masih cinta dan peduli terhadap negerinya. Pilihan kata yang dituangkan oleh penyair puisi ini sangat mendukung isi dan tema perjuangan harga diri bangsa. Kata / Kita / yang dominan muncul dalam puisi memberikan makna orang banyak. Makna secara mendalam, kata / Kita / bermakna seluruh rakyat Indonesia yang oleh pengarang secara tidak langsung diajak untuk bangkit dan berjuang melawan segala bentuk penjajahan dan intervensi oleh para penjajah baik secara internal dan external. Lalu / Para pembunuh / dapat dimaknai sebagai para penjajah. Para penjajah dalam puisi ini dimaksudkan sebagai orang-orang yang suka turut campur dalam kepemerintahan bangsa kita. Model dan bentuk penjajahan mereka revisi dalam bentuk gaya baru. Bisa jadi penjajahan gaya baru tersebut terimplementasi dalam bentuk kepemilikan saham-saham, penguasaan dan pengerukan kekayaan alam kita secara tidak terbatas, pemberian bantuan dan modal yang kemudian menjadi beban dan hutang sepanjang hayat, korupsi yang dilakukan oleh orang-orang pribumi sendiri, bahkan penjajahan yang merembes dalam masalah akidah dan moral.

Selanjutnya, kata / Duli tuanku / memberikan makna bahwa bangsa kita adalah bangsa yang selalu berprinsip yes bos, atau yang penting bapak senang. Artinya kondisi bangsa atau rakyat kita selalu siap bekerja menjalankan tugas untuk kepentingan dan kesenangan sang bos, dan menguntungkan si pelaksana tugas, tak peduli orang lain berada dalam penderitaan. Penyakit seperti ini oleh pengarang disodorkan kepada kita untuk dijadikan sebagai bahan permenungan, yang kemudian tercermin melalui beberapa pilihan katanya dalam baris puisi / apakah akan kita jual keyakinan kita / dan / dalam pengabdian tanpa harga ? /. Sedangkan kata-kata; / banjir / gunung api /, / kutuk dan hama / merupakan pilihan kata yang menggambarkan kesusahan dan penderitaan rakyat Indonesia, yang mau tidak mau, suka maupun tidak suka kita harus keluar dari kondisi seperti itu. Oleh karenanya, penyair, penyair memilih kata-katanya sebagai berikut ; / tidak ada lagi pilihan. Kita harus / berjalan terus / karena berhenti atau mundur / berarti hancur /. Taufik Ismail sangat ahli sekali dalam memilih kata-kata. Beliau sangat hati-hati sekali dalam mengolah dan mengemas kata-kata tersebut sehingga tidak heran kalau pilihan kata-kata yang Beliau ambilpun didalamnya mengandung suatu imaji atau citraan yang tersirat didalamnya. Kalimat / kita adalah manusia bermata ayu, di pinggir jalan / mengandung imaji penglihatan, karena orang yang bermata sayu dan berdiri di pinggir jalan tentunya dapat kita lihat atau dapat diamati. Citraan ini mengandung makna bahwa orang yang bermata sayu seakan-akan kelihatan seperti sehabis bangun tidur, kelihatan ngantuk dan malas, matanya kurang bercahaya. Apalagi berdiri di pinggir jalan. Citraan ini menggambarkan kondisi masyarakat yang yang hanya mampu berusaha melihat dan menerawang masa depan yang nampak suram dan samara.

Kalimat / mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh / menimbulkan imaji penglihatan, karena kondisi orang yang mengacungkan tangan atau melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah bus atau oplet tentunya dapat dilihat dan bukan didengar. Pada dasarnya orang yang mengacungkan tangan untuk sebuah bus atau oplet yang sudah penuh tentunya bus atau oplet tersebut tidak akan mau berhenti untuk mengangkut penumpang dan pasti bus atau oplet itu berlalu dan meninggalkan penumpang tersebut. Citraan ini memperkuat kondisi bangsa kita atau rakyat kita yang tidak mempunyai kesempatan untuk melaju bahkan hanya tertinggal dan terbelakang dalam segala hal. Ketertinggalan dan keterbelakangan itu terutama di bidang pendidkan dan bidang teknologi bahkan ekonomi. Sedangkan kata-kata seperti / meja / sangat memperkongkret makna sebuah kerja sama atau pelaksanaaan-pelaksanaan perundingan untuk menempuh suatu tujuan. Kata / berjalan / merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan dengan cara bergerak meninggalkan satu tempat ke tempat yang lain. Kata ini memperkongkret makna bahwa kita harus melakukan perubahan atau hijrah dari situasi terpuruk untuk bangkit menuju ke arah kemajuan dan kemandirian bangsa.

Secara sadar dan sengaja penulis menyulap kata-kata yang biasa menjadi kata-kata yang indah dan sarat dengan variasi makna. Karena Taufik Ismail tidak mengungkapkan makna itu secara gamblang. Dengan keahliannya dalam mengolah gaya bahasa beliau sengaja menyembunyikan makna di dalam suatu kata atau kalimat supaya pembacanya mengartikan sendiri apa maksud dari kata-kata tersebut. Nampaknya itulah yang dikehendaki oleh penyair, sehingga kita harus membacanya dengan penuh kosentrasi dan tingkat penalaran yang tinggi agar tahu apa maksud kata tersebut. . Baris puisi berikut misalnya / dipulul banjir, gunung api kutuk dan hama / gaya bahasa personifikasi ini digunakan oleh pengarang dengan maksud lebih menerangkan kondisi bangsa kita, seolah-olah bencana alam bertindak sebagai manusia raksasa yang kapan saja bisa dating memukul dan menghancurkan kehidupan rakyat Indonesia. Selain itu terdapat pula gaya bahasa hiperbola yang nampak pada kalimat / apakah akan kita jual keyakinan kita /. Menjual keyakinan merupakan sesuatu tindakan yang berlebihan dan tidak masuk akal, karena sesungguhnya keyakinan itu berwujud materi yang dapat diperjualbelikan. Akan tetapi kalimat dalam puisi ini hanya lebih memperjelas makna untuk membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Indonesia guna mempertahankan semua harta dan kekayaan alam. Selain itu, gaya bahasa tersebut lebih menekankan agar seluruh rakyat harus memegang teguh prinsip dan ideology bangsa Indonesia yang hamper pupus ditelan arus globalisasi dan tergilas oleh perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa lain yang dianggap sebagai penjajah itu.

Kemudian, kita lihat bunyi akhir pada kata-kata di beberapa baris pertama dan penutup. / Tidak ada lagi pilihan lain, kita harus / Berjalan terus karena berhenti atau mundur / Berarti hancur. Pada baris pertama dan kedua ada persamaan bunyi kata pada akhir kalimat yaitu bunyi us, dan pada baris ketiga dan keempat ada persamaan bunyi kata yaitu ur. Bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh konsonan tersebut mampu menciptakan musikalitas yang indah saat dibaca. Pada kalimat berikut ini “ Duli Tuanku “ ? tanda petik menandakan bahwa bacaan tersebut dibaca agak keras dan tinggi. Contoh pengulangan bunyi terdapat pada kalimat Tidak ada pilihan lain, kita harus / Berjalan terus. Frase tersebut terdapat pengulangan bunyi pada baris berikutnya yaitu pada baris ke-7, ke-8, ke-16, dan ke-17. Frase tersebut sengaja diulang oleh Taufik Ismail guna mengikat beberapa baris berikutnya seakan-akan membentuk suatu gelombang yang teratur.

Puisi ini mampu membangkitkan rasa nasionalisme bangsa yang tinggi. / kita adalah pemilik sah republic ini / kalimat ini memberikan makna sebuah pengakuan rasa juang yang tinggi dan cinta yang sangat tulus terhadap bangsa indonesia. Perasaan ini muncul akibat puisi ini pun menyodorkan makna yang mampu mendongkrak semangat pembaca. Kekuatan kata-kata yang terdapat pada baris, kalimat, dan setiap bait mampu membangkitkan luapan emosi kepedulian atau keprihatinan pembaca dalam hal ini rakyat Indonesia secara utuh untuk segera melakukan perjuangan. Rasa ingin bangkit dan berjuang ini dapat dicerna melalui baris puisi / tiada ada lagi pilihan / kita harus berjalan terus /. Frase / berjalan terus / dapat dimaknai sebagai sebuah perjuangan. Makna perjuangan di sini merupakan upaya sadar untuk melakukan suatu perubahan untuk mandiri dan merdeka secara hakiki.

Ketika kita membaca puisi tersebut, suasana hati pembaca akan ikut sedih dan geram terhadap kondisi bangsa Indonesia yang dilukiskan oleh taufik ismail. Hal itu terjadi karena nada penyair melalui puisi bersifat mendorong atau membangkitkan hait nurani rakyat Indonesia. Pengarang bermaksud menyulut pembaca melalui setiap kata yang terurai pada setiap baris dan bait puisi. Misalnya, / akan maukah kita duduk meja dengan para pembunuh tahun yang lalu /, sebuah kalimat pertanyaan yang yang cukup indah dan menggelorakan dan menggetarkan jiwa untuk menolak dan benci terhadap berbagai bentuk penjajahan. Lalu / dalam setiap kalimat yang, berakiran ‘ duli tuanku ‘ ? kalimat ini pun mampu membangkitkan semangat untuk tidak mau lagi diperbudak, dikendalikan atau dijadikan alat oleh penjajah untuk mencapai kepentingan dan kesenangan mereka. Kita ingin bebas dan merdeka secara utuh. Apalagi bangsa kita sudah sangat sudah dan menderita akibat berbagai bencana alam yang terjadi. Hal ini dapat dimaknai pula melalui penggalan sajak berikut ini; / kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara / dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama / dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka /.

Sebagai puisi perjuangan atau patriotisme, maka puisi ini memilik pesan yang mendalam. Pesan atau amanat tersebut sangat erat kaitannya terhadap rakyat Indonesia yang merasa memiliki republic ini secara sah. Oleh sebab itu, amanat puisi ini adalah sebaiknya kita mampu mempertahankan kemerdekaan ini dan terus berjuang melakukan perubahan kea rah perbaikan nasib dan citra bangsa untuk menjadi mandiri, cerdas, bermoral, sejahtera dan amanah.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa puisi ‘ kita adalah pemilik sah republic ini ‘ karya taufik ismail ini merupakan puisi yang merefleksikan sejarah Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari bahasa yang digunakan dalam puisinya. Dengan bahasa yang begitu menggugah dan menggelora, dapat dinyatakan bahwa makna puisi tersebut sangat mendorong dan bersifat mendobrak keterkungkungan rakyat Indonesia dari bentuk penjajahan baik yang dating dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo,J.Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

Sayuti,A.Sumianto. 2005. Taufik Ismail : Karya dan Dunianya. Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar